Saat ini Kota Tangerang sedang diselimuti awan mendung. Sudah terdengar suara gemuruh dari atas sana. Kini saya duduk di depan tv dalam rumah kontrakan kecil untuk memulai bercerita. Beberapa kali saya merenung, ternyata banyak yang harus saya syukuri atas semua nikmat yang telah Allah berikan kepada saya. Banyak pencapaian-pencapaian yang tak terduga selama hidup dua puluh tahun ini. Kali ini saya ingin bercerita tentang bagaimana saya dapat menempuh pendidikan tinggi.
Banyak yang mengira bahwa orang tua saya adalah seorang guru. Saya tidak tahu dari perspektif mana mereka dapat mengira seperti itu. Orang tua saya adalah seorang buruh. Bapak saya seorang buruh serabutan sedangkan ibu saya seorang buruh pabrik. Tak banyak informasi yang mereka terima mengenai tren pendidikan masa kini. Mungkin juga mereka tak punya harapan besar kepada anaknya untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Saya merasa beruntung karena ketika SMA bertemu orang-orang hebat. Cerita menarik saya sebenarnya dimulai ketika saya SMP. Ketika itu saya juga dipertemukan dengan orang-orang hebat dan super baik yang menjadikan saya mengikuti arus untuk termotivasi. Tapi cerita itu akan saya ceritakan dilain sesi. Kali ini saya sedang ingin bercerita hal lain. Hehe...
Sejak kelas dua SMA saya sudah tertarik untuk melanjutkan studi di Jepang. Mungkin apabila teman-teman sering membaca atau mendengarkan cerita saya, sudah sangat pekat dengan bau-bau cerita saya ini. Dulu, saya sudah mempersiapkan mental untuk menghadapi seleksi yang kiranya satu tahun lagi akan dimulai. Sampai-sampai saya sudah mendownload dan print materi-materi awetan untuk seleksi. Tapi, di tahun berikutnya tepat kelas 3 SMA, saya justru merasa kendor belajar. Rasanya berbeda ketika menjadi siswa tingkat akhir pada masa SMP dengan masa SMA. Semangat saya lebih terpacu ketika masa SMP, sedangkan masa SMA saya mulai merasa jenuh belajar. Entah pikiran "ngawur" apa yang merasuk ke dalam diri saya. Saya lihat teman-teman ketat belajar. Mereka berlari saya masih tetap berjalan. Mereka sudah sampai Z saya masih jalan di G. Saya sama sekali santai. Pada saat itu saya berpikir ingin merasakan menjadi orang yang "bodoh". Hal ini tak sepatutnya ditiru karena pada akhirnya akan membuahkan penyesalan.
Hari menjelang UN segera tiba. Progres nilai saya tidak ada. Justru hal-hal yang seharusnya sudah dikuasai masih saya ditanyakan. Saya sungguh iba dengan diri saya sendiri hehe. Bayangkan saja, teman saya sudah mempunyai keputusan bulat ingin melanjutkan kuliah dimana dan jurusan apa, sedangkan saya asyik dengan kebingungan dan tetap melirik beasiswa luar negeri. Mungkin hal itu sah-sah saja ya apabila usaha saya untuk mencapainya bisa dibilang sangat keras. Tapi melihat usaha saya yang miris sudah bisa ditebak hasilnya apa.
Pada masa saya, Ujian Nasional di adakan selama tiga hari. Awalnya ada isu bahwa sekolah saya akan mengadakan UN berbasis komputer. Tapi pada pelaksanaannya "paper based test". Saya cukup bahagia karena kelemahan saya adalah membaca tulisan panjang pada layar elektronik. Jangankan ujian, ulangan harian menggunakan e-learning saja saya tak tahan. Hehe
Sudah melewati acara kelulusan bukan berarti sudah bebas dari jeratan hidup. Saya harus menelan kepahitan sebelumnya karena dinyatakan tidak lolos SNMPTN. Jelas lah, nilai UN saya buruk. Ini berarti saya juga gagal mendaftarkan diri untuk apply beasiswa ke Jepang karena UN minimal rata-rata harus 8,5. Merasa sedih? Untuk hal studi ke luar sih saya masih bisa tolerir. Tapi masalah membuka pengumuman SNMPTN tidak diterima, awalnya saya biasa-biasa saja tapi lama-kelamaan sedih karena banyak teman yang lolos dengan impiannya sedangkan diri ini harus menerima tulisan merah di web. Apalagi ditambah, tetangga ada yang lolos. Beuh, sudahlah ditanya sana-sini bagaiman hasilnya. Hal ini tak menyurutkan saya untuk berhenti berjuang. Masih ada kesempatan selanjutnya, masih ada jutaan siswa yang senasib seperti saya dan itu artinya masih ada jutaan pesaing untuk merebut bangku kuliah. :')... Tidak apa-apa inilah ajang siapa kuat, dia menang. Maksudnya siapa yang tanam, dia bakal panen.
Awalnya ibu menyuruh saya untuk kerja, cari uang untuk nikah *eh. Tapi saya menolak dengan alasan bahwa sekali saya terkontaminasi dengan uang maka selamanya saya akan mata duitan tak bisa berpikir untuk kuliah. Padahal pada kenyataannya tidak. Itu hanya alibi saja. Ibu menyetujui keputusan saya, tapi beliau bilang kalau masalah biaya beliau tidak bisa membantu. Saya yakinkan ibu "Banyak jalan menuju roma bu" Alhamdulillah saya daftar sana-sini menggunakan kesempatan bidikmisi hehe.
Oke, kalau dilan bilang yang berat itu RINDU, tapi bagi saya yang berat adalah menentukan jurusan kuliah. Jujur, saya dibebaskan untuk memilih jurusan apa saja oleh orang tua tapi saya sendiri bingung mau pilih apa. Pada kasus SNMPTN pun saya mengisi borang bersama nenek itupun jurusan rumpun IPS.
Dan terakhir, ini adalah kesempatan terakhir tahun itu untuk mendaftarkan diri. Ada beberapa univ yang melaksanakan UM (Ujian Mandiri) secara bersama atau selang waktu dekat. Dikarenakan saya menggunakan akun bidikmisi, saya hanya mempunyai kesempatan untuk mendaftarkan diri di satu kampus. Waktu itu pagi setelah makan sahur saya menggunakan kesempatan saya di salah satu univ di Jawa Tengah. Setelah selesai mendaftar, saya mendapat pesan dari teman. Dia mengajak saya mendaftarkan diri di salah saty Univ negeri di Yogyakarta. Tapi kesempatan saya sudah habis. Saya harus fokus dengan yang sudah saya ambil.
Pada akhirnya... Tara......! Saya diterima di univ pilihan terakhir saya. Hehe. Awalnya, saya belum bisa terima dengan nikmat tersebut. Saya masih terbayangkan dengan impian-impian besar saya. Saya masih terngiang-ngiang duduk di univ impian saya yang sejak awal saya kejar. Tapi Allah menempatkan saya ditempat yang saya butuhkan bukan tempat yang saya inginkan. Terimakasih ya Allah, bagaimana pun juga saya bersyukur masih bisa diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi.
Sekian cerita saya kali ini, mohon maaf apabila ada tulisan yang kurang berkenan dan kurang menggunakan kaidah penulisan.
Saya juga berterima kasih kepada orang-orang yang membantu saya ketika saya kekurangan uang untuk mengurus ini-itu, kesana-kemari. Jujur, saya terharu banyak orang yang peduli dengan saya. Semoga kebaikan suadara-suadara dibalas oleh Allah :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar