Assalamu'alaikum wr. Wb
Hallo kawan-kawan semua, kali ini aku ingin bercerita sedikit tentang kehidupan pekerjaanku. Tidak terasa kehidupan pasca kampus sudah aku lalui. Kurang lebih sudah dua tahun aku bekerja di Puskesmas sebagai tenaga Promosi Kesehatan. Kenapa promkes? hal ini tentunya tidak terlepas dari ceritaku ketika menjadi relawan covid dua tahun silam.
Meski sebelumnya aku sudah menuliskan pengalaman menjadi relawan, akan ku coba untuk menyinggung sekilas tentang hal itu. Sekitar Bulan Juli 2020 aku mendapat kesempatan untuk bergabung menjadi salah satu relawan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dari jenis ketenagaan, formasi yang aku apply adalah epidemiolog karena sewaktu kuliah aku mengambil peminatan epidemiologi. Berangkat dari Tangerang ke Semarang menggunakan bus, aku membuka pengumuman melalui handphone. Di dalam list dokumen, aku diterima sebagai petugas promosi kesehatan. Aku sempat bingung terkait hal itu karena aku sama sekali tidak mempunyai bayangan untuk menjadi seorang promotor kesehatan. Setelah mengetahui rekan kerjaku yang menjadi epidemiolog berasal dari luar wilayah, mungkin dari pihak penyelenggara mempercayakanku menjadi promkes karena aku dinilai lebih mengetahui wilayah kerja nantinya. Untuk informasi, aku ber-KTP di Jawa Tengah. Saat itu, masing-masing kabupaten/kota di Jateng mendapatkan relawan sekitar 2-3 orang relawan (promkes, epid, dan/atau ATLM). Kebetulan kabupaten penempatanku hanya mendapatkan dua orang relawan (promkes & epid). Menjelang hari pertama penerjunan relawan, ternyata si mas epidnya mengundurkan diri. Jadi, formasi epid kosong dan beberapa hari kemudian ada orang lain yang mengisi formasi tersebut. Setelah 6 bulan bekerja sebagai relawan di bidang promosi kesehatan, aku mempunyai rasa penasaran bagaimana tantangan bekerja sebagai promkes di Puskesmas. Kemudian sekitar Bulan Desember 2020 saat kontrak menjadi relawan telah selesai, aku mengikuti seleksi tenaga kontrak di Dinas Kesehatan Kabupaten yang nantinya akan ditempatkan ke puskesmas-puskesmas.
Pada saat proses rekruitmen tenaga kontrak, terdapat dua jenis pembiayaan yang mana hal itu menentukan sumber dana untuk gaji yang akan diterima. Sumber pendanaan tenaga kontrak ini terdapat dua jenis yaitu BOK (sumber dana dari APBN melalui dana tugas pembantuan Kementerian Kesehatan) dan BLUD (pendapatan puskesmas). Pada saat itu aku tidak mengerti apa bedanya, yang jelas aku mendaftar jenis pendanaan BLUD karena slotnya hanya dua orang dibandingkan BOK 6 orang. Aku lebih tertantang untuk memilih slot yang lebih sedikit. Ketika ditanya salah satu kepala bidang dinas kesehatan tentang pilihan yang aku ambil, aku menjawab BLUD karena aku mengira keduanya sama saja. Beliau menjelaskan bahwa aku memilih pilihan yang tepat karena bisa saja ketika aku diterima BOK dan dana dari pusat sewaktu-waktu sudah tidak ada maka kontrakku bisa saja selesai di tengah jalan. Sedangkan pada pendanaan BLUD, pihak instansi masih bisa mempertimbangkan karena sistem berbeda dari BOK.
Setelah melalui proses seleksi tulis dan wawancara, akhirnya aku lolos pada pendanaan BLUD. Saat itu yang mendaftar BLUD ada 3 peserta (slot hanya 2) dan BOK 5 peserta (slot 6). Panitia pelaksana memutuskan peserta yang tidak lolos BLUD bisa ditransfer ke BOK. Alhamdulillah beruntung ya. hehe...Kemudian awal Januari 2021 aku mulai bekerja di Puskesmas sampai sekarang.
Beberapa hari bekerja di Puskesmas masih menyesuaikan dengan segala kondisi. Kebetulan puskesmas yang aku tempati ini mendapatkan tenaga kontrak 4 orang (dokter, perawat, rekam medis dan aku promkes). Semua yang masuk mendapatkan SK dengan pendanaan BLUD. Suatu hari, aku ditanya oleh rekan karyawan yang sudah lama bekerja disini tentang pendanaanku BOK atau BLUD. Ketika mengetahui aku BLUD, ia sedikit terkejut karena yang ia tahu pimpinan mengajukan tenaga BOK kepada dinas. Selang beberapa minggu bekerja, tiba-tiba pimpinan di Puskesmas memberikanku SK yang bertulis BOK. Aku terkejut kenapa diganti. Dilihat dari perspektif besaran gaji, memang tidak ada bedanya antara BOK dan BLUD di tempat ini. Tapi inkonsistensi yang sudah tertulis membuat sedikit bingung. Aku membicarakan hal tersebut dengan salah satu rekan di dinas kesehatan. Ia pun kaget dan merekomendasikanku untuk maju ke sekdin (sekretaris dinas). Sebelum maju ke sekdin, aku bertemu dengan kabid yang sebelumnya menjelaskan perbedaan BOK dan BLUD. Beliau menilai hal tersebut bukan masalah besar, yang penting aku belajar dulu di puskesmas untuk menambah pengalaman. Toh sewaktu-waktu aku bisa daftar CPNS dan kontrak tidak selamanya juga. Akhirnya, aku urungkan niat untuk maju ke sekdin karena beberapa pertimbangan. Dalam poin ini, aku menerima dan memaklumi atas apa yang terjadi di tingkat atas. Seharusnya, segala sesuatu yang berkaitan dengan kedinasan apalagi pendanaan kan sudah tercantum pasti ya. Salah satu yang juga seharusnya dijelaskan sejak awal adalah tentang proses rekruitmen, mencakup formasi dan penempatan puskesmas beserta pendanaannya sehingga hal tersebut terasa transparan. Mungkin ada beberapa pertimbangan dinas kesehatan kabupaten tidak menjelaskan hal tersebut seperti proses rekruitmen dinas kesehatan kabupaten lain. Tapi andaikan sudah rapi dan jelas sejak awal akan lebih enak dan tidak akan membingungkan beberapa pihak, terutama peserta.
Terlepas dari permasalahan tersebut, aku mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman bekerja di Puskesmas selama dua tahun.
Awal bekerja, aku masih mengikuti alur dan beradaptasi dengan lingkungan. Secara hubungan sosial, rekan-rekan kerja sangat baik dan bisa menerimaku sebagai salah satu anggota keluarga baru mereka. Sebagai karyawan baru aku berpikir bahwa di tahun pertama tugasku adalah melaksanakan kegiata-kegiatan yang sudah direncakan sebelum aku masuk ke puskemas. Memang beda organisasi beda budaya kerja. Apa yang aku bayangkan berbeda dengan kondisi lapangan hehe. Hingga saat itu aku bercerita kepada salah satu kawan kuliah bahwa ketika kuliah kami tidak punya dana hingga jualan risol keliling untuk danusan tapi berhasil membuat acara rapi dan keren karena SDM banyak. Sebaliknya, di tempat kerja ada dana tapi kurang SDM sehingga acara yang dilaksanakan terasa kurang maksimal. Sebenarnya secara sistem, organisasi di perkuliahan atau pun dunia kerja umumnya sama. Mereka akan rapat di awal kepengurusan untuk merencakan pelaksanaan program-program, setiap bulan dana laporan, di akhir tahun mereka akan rapat untuk mempertanggungjawabkan atau evaluasi apa yang telah dilaksanan selama satu periode kepengurusan. Inilah yang menjadi tantanganku selanjutnya bahwa untuk merapikan hal-hal tersebut di puskesmas perlu waktu dan komitmen bersama.
Secara general, bekerja di Puskesmas sangat mengasyikan. Setiap tempat kerja ada tantangannya sendiri. PR yang ada di instansiku saat ini adalah membangun sistem dengan regulasi yang ada. Tidak perlu sempurna yang penting dijalankan sesuai rel yang sudah tersedia. Mungkin pembahasan yang singkat ini bisa menggambarkan sedikit kisah yang pernah aku hadapi. Apabila ada kesempatan akan aku lanjutkan sedikit pengalaman ini. Terimakasih banyak sudah membaca sampai sini. Semoga sehat selalu kawan!
Wassalamualaikum wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar