Berhenti membaca berarti dunia berhenti? - Mister Capung

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Sabtu, 03 Februari 2018

Berhenti membaca berarti dunia berhenti?

Hari-hari resah adalah ketika menghabiskan seluruh waktu setiap harinya untuk bermain di depan layar ponsel melihat postingan orang di instagram, di instastory, dll. Saya sendiri nampaknya memang sudah kecanduan hal-hal seperti itu. Alangkah ruginya apabila hal itu terjadi terus menerus. Rugi waktu iya, rugi kuota iya.

Saya sedang belajar untuk mengurangi hal-hal seperti itu karena sedikit banyak apa yang dishare oleh orang lain akan berdampak pada kehidupan kita. Untuk saat ini saya banyak follow akun yang mungkin dapat memotivasi dan memberikan aura positif bagi kehidupan saya. Kalau bisa saya mengurangi untuk follow akun-akun yang memberikan aura negatif. Teman-teman tahu kan ya beda keduanya.

Saya merasakan kehidupan saya begitu pekat dengan keburukan karena banyak melihat hal negatif di internet. Sesungguhnya, hal itu dapat dihindari apabila kita menggunakan waktu dengan bijaksana. Internet atau sosial media digunakan hanya sekedarnya saja. Tapi, di era seperti ini memanglah butuh kedisiplinan dan kesadaran diri supaya selalu terciprat oleh hal-hal yang positif.

Banyaknya waktu kita cenderung dihabiskan untuk melihat hal-hal yang kurang berguna memang membuat hidup kita terasa flat. Belum lagi dampaknya kita bisa ikutan sedih, marah, kesal atau hal lain akibat melihat postingan orang lain. Jangan-jangan hanya saya yang merasakannya. Kita tidak mungkin melakukan hal-hal seperti itu berulang-ulang kan ya, impactnya sangat besar kepada masa depan kita nanti.

Nah, dampak yang juga saya rasakan akibat kebanyakan bermain ponsel adalah rendahnya tingkat membaca saya. Duh... Miris ya! Padahal sebagai mahasiswa sudah seharusnya saya dituntut untuk membaca berbagai sumber guna menambah wawasan. Rugi! Rugi sekali saya. Banyak hal-hal sepele yang seharusnya bisa ditangani dengan baik tapi malah justru sebaliknya. Saya ingat ketika tanya senior yang pandai membagi waktu :
"Apa sih yang mas dapatkan di organisasi?"

Dia menjelaskan bahwa dengan berorganisasi bisa menambah wawasan yang justru membuat dia semakin "kepo" dan akhirnya dia rajin baca buku untuk menemukan jawaban atas rasa ingin tahu itu. Mendengar ceritanya memang membuat iri saja. Saya sendiri mengkambinghitamkan ikut organisasi terlalu sibuk jadi jarang baca buku. Maafkan! Tapi saat ini saya mulai menyadarinya bahwa membaca buku sangatlah penting! Apabila ada yang merasa, ahh terlambat sudah tua. Itu hanya pikiran dangkal kita yang menyumbat motivasi. Saya semakin sadar tak ada kata terlambat apabila dikerjakan saat ini juga hehe. Pernah dengar seorang ibu umur 60 tahun hafal qur'an di masa lansianya? Itu salah satu implementasinya.

Saya harus berkata jujur! Saya merasa otak saya kosong, hati saya keras dan gelisah ketika tidak membaca. Entah energi macam apa yang menjadikan hidup kita bahagia apabila hari-hari banyak dihabiskan dengan membaca. Entah membaca buku ataupun Al qur'an justru lebih baik.

Sejak dulu, saya suka baca buku berbau psikologi karena yang saya rasakan motivasi akan bertambah setelah membacanya. Beberapa hari yang lalu saya sudah menyelesaikan suatu buku yang isinya mantap banget. Sebenernya saya ingin buat resensi buku. Semoga terlaksana ya. Buku itu saya beli di salah satu ekspo hanya dengan harga 10K. Bukunya sudah cukup lama terbit tapi saya berkeyakinan "Don't judge a book by cover". Alhamdulillah isinya mengajarkan hal-hal yang positif.

Oiya, saya pun sekarang sedang menggemari bacaan islam. Saya pernah beli buku "Utsman bin affan". Isinya bagus sekali, sangat memotivasi untuk benar-benar menjalankan agama dan saat ini saya membacanya untuk kedua kali karena rindu akan isinya. Fyi, buku tersebut baru balik setelah dipinjam oleh beberapa orang sekitar satu tahunan. Bagaimana saya tidak rindu ya. :)

Saya senang membeli buku. Apalagi dibelikan. Sebenernya target liburan kali ini saya ingin mengajak kakak saya ke toko buku supaya bisa ditraktir. Saya mengincar buku biografi nabi kita. Uang jajan untuk beli buku bisa, tapi selagi masih ada yang lebih murah tak masalah ya. Hanya sabar saja.

Saya punya banyak buku bukan berarti saya kutu buku ya. Saya memang bercita-cita mendirikan perpustkaan sendiri. Buku koleksi dirumah banyak. Tapi pelajaran semua dari SD, SMP, SMA. Apalagi kalo buat buku rangkuman sendiri ya. Itu kepuasan tersendiri bagi saya. Kini, bukunya mulai berkurang dan mungkin kurang terurus karena berada di rumah nenek. Hal itu dijadikan salah satu alasan nenek agar tidak pindah ke rumah budeh karena menjaga buku-buku saya. So sweet kan ya. Melihat hal seperti itu, saya jadi ingin lekas punya rumah sendiri dengan desain sendiri agar bisa menata rapi buku-buku tercinta.
Berdoa supaya lekas terkabul. :)

Intinya, baca buku itu penting banget untuk menambah wawasan kita. Hidup saya seperti tak ada arah karena tak ada yang saya dapatkan saat saya berhenti membaca. Siapa saja yang membaca tulisan ini yuk mulai gemar baca buku! Kalo sulit, mungkin kita bisa mengatur jadwal seperti menargetkan bacaan. Sebenernya membaca bukan masalah banyaknya dalam waktu sekejap tapi bagaimana kita dapat melakukannya dengan kontinyu. Entah dapat satu halaman atau satu paragraf yang penting membaca agar otak kita terasah, pengetahuan kita bertambah, hidup kita bahagia.

Semangat berjuang! :)
Mari kita lawan kebodohan.
"Lebih baik menahan sakitnya belajar daripada menahan perihnya kebodohan" kalo tidak salah dari Iman Syafi'i ya (maaf masih harus banyak belajar) hehe.

See you pada cerita selanjutnya.
Terimakasih telah membaca :)

2 komentar: